Tata Cara Dakwah Ala Rasulullah SAW

Dakwah : Poros Kehidupan Rasulullah saw

Allah SWT berfirman dalam QS.an-Nahl [16}]:125, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

Kehidupan Rasulullah saw. adalah kehidupan dakwah. Beliau mengemban dakwah Islam kepada seluruh umat secara kaffah serta berjuang menghadapi segala macam bentuk pemikiran kufur dan kehidupan jahiliyah.

Rasulullah saw. mampu mengubah dunia, bukan hanya mengubah individu. Bahkan Rasulullah saw. mampu mengubah peradaban yang zalim kepada cahaya Islam. Rasulullah saw. berhasil mengubah individu menjadi Muslim berkepribadian Islam yang pola pikir dan pola sikapnya senantiasa disandarkan kepada Islam; yang rela memberikan seluruh apa yang mereka miliki, termasuk harta dan jiwa mereka, untuk Islam dan kaum Muslimin. Hal ini bisa kita lihat pada sosok para sahabat Rasulullah saw. yang begitu mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta menjadikan dakwah sebagai poros hidup mereka agar kalimat “Laa ilaaha illaLlaah” tegak di seluruh permukaan bumi. Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib mereka adalah para sahabat hasil gemblengan langsung tangan Rasulullah saw. yang menjadikan mereka menjadi sosok-sosok pemimpin umat Islam (Khulafaur Rasyidin) yang berhasil mengemban dakwah Islam sehingga kekuasaan Islam terus bertambah dan umat mencapai peradaban yang gemilang.

Dakwah yang dilakukan Rasulullah adalah dakwah pemikiran tanpa kekerasan. Rasulullah membangun kesadaran umat terhadap Islam dan membangun opini Islam ditengah masyarakat. Sehingga kita sangat mengecam keras jika ada yang melakukan dakwah melalui aksi kekerasan fisik hingga melakukan aksi pengeboman.

Kunci Sukses Dakwah Rasulullah saw.

Rasulullah saw. bersabda, “Di kalangan manusia ada yang tidak cepat marah dan cepat tenangnya, ada yang tidak cepat marah dan tidak cepat tenangnya, dan ada yang cepat marah dan tidak cepat tenangnya. Yang baik di kalangan manusia adalah yang tidak cepat marah dan cepat tenangnya. Dan yang buruk di kalangan manusia adalah yang cepat marah dan tidak cepat tenangnya.” (HR. Tirmidzi)

Muhammad Natsir dalam kitab “Fiqhud Dakwah” menyebutkan ada dua penghubung antara pendakwah dengan orang yang didakwahi, yaitu :

  1. Pengetahuan tentang sifat-sifat, tabiat, dan kecerdasan.
  2. Rasa mawaddah (cinta yang ikhlas) terhadap umat.

Rasulullah saw. menyampaikan dakwahnya dengan menggunakan cara/taktik/ strategi. Beliau berbicara sesuai dengan kebutuhan lawan bicaranya. Beliau menyampaikan kebenaran sesuai dengan daya tangkap (kecerdasan) orang yang beliau dakwahi. Beliau pun melakukan dakwah dengan sabar dan sifat memaafkan karena tidak sedikit orang-orang yang didakwahi itu justru menolak dakwah Rasulullah, bahkan sebaliknya mereka membalas dakwah Rasulullah dengan cacian, ejekan, fitnah, persekusi, propaganda negatif, boikot, bahkan sampai pada pembunuhan.

Aqidah atau Khilafah? Mendudukan Posisi Dengan Bijak & Tepat
Ilustrasi artikel, sumber unsplash

Rasulullah saw. bersabda, “Maukah kalian kuberi tahu tentang sesuatu yang Allah gunakan untuk memperkokoh bangunan dan meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab, Mau, Ya Rasulullah.” Beliau menjelaskan, “Hendaknya engkau sabar menghadapi orang bodoh, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, memberi kepada orang tidak memberi, dan tidak memutus hubungan kepada orang yang memutuskan hubungan.’ (HR.Thabrani)

Rasulullah saw. memiliki sifat-sifat shiddiq, amanah, fathonah, tabligh, tawakal, ikhlas, sabar, dan istiqomah. Sifat-sifat ini ditambah dengan metode dakwah Rasulullah saw. yang tanpa kekerasan menjadi kunci sukses dakwah Rasulullah saw. sehingga Islam bisa diterima dan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan oleh masyarakat Arab saat itu.

Metode Dakwah Rasulullah saw.

Ada tiga tahapan dakwah Rasulullah saw.

1. Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Tahapan Tatsqif)

Tahap ini dimulai sejak beliau saw diutus menjadi rasul. Pada tahap ini Rasulullah saw. melakukan pembinaan para kader dan membuat kerangka tubuh gerakan (dakwah jama’ah). Ketika turun firman Allah SWT dalam surat Al Muddatsir:

“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!” [QS al-Muddatstsir: 1-2].

Beliau saw. mulai mengajak masyarakat untuk memeluk Islam. Dimulai dari istrinya Khadijah r.a., sepupunya Ali bin Abi Thalib r.a., mantan budaknya Zaid, dan sahabatnya Abu Bakar As Shiddiq r.a., lalu beliau menyeru seluruh masyarakat. Beliau keliling mendatangi rumah-rumah mereka. Beliau saw. menyampaikan : “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyembah-Nya dan janganlah kalian menserikatkan-Nya dengan sesuatu apapun”. Beliau menyeru manusia, mengikuti ayat di atas, secara terang-terangan.

Setelah rasulullah saw. mengajak penduduk Mekkah untuk masuk Islam, sebagian orang menerima dan beriman kepadanya lalu masuk Islam dan sebagian yang lain menolaknya. Rasul mengumpulkan orang-orang yang beriman di sekeliling beliau dalam suatu kelompok atas dasar agama baru itu secara rahasia. Para sahabat beliau apabila shalat mereka pergi ke padang-padang rumput dan menyembunyikan sholat mereka dari kaum mereka. Kepada orang-orang yang baru masuk Islam, Rasulullah saw mengutus orang yang sudah masuk Islam sebelumnya (para senior) dan faqih dalam dinul Islam untuk mengajarkan Al Quran. Beliau saw. pernah mengirim Khubbab bin al-Arats untuk mengajarkan al-Quran kepada Fatimah binti al-Khaththab dan suaminya, Sa’ad dirumahnya. Ketika Umar bin Khaththab (kakak Zainab) memergoki mereka yang sedang belajar di rumah Said, dimana Khabab membacakan Al Quran kepada mereka, Umar pun masuk islam.

Beliau saw. menjadikan rumah Al Arqam bin Abil Arqam (Daar al-Arqam) sebagai markas kutlah (kelompok dakwah) dan madrasah bagi dakwah baru ini. Di rumah Arqam itulah Rasulullah saw. mengumpulkan para shahabat, mengajar Islam kepada mereka, membacakan Al Quran kepada mereka, menjelaskannya, memerintahkan mereka untuk menghafal dan memahami al-Quran. Dan setiap kali ada yang masuk Islam, langsung digabungkan ke Darul Arqam. Beliau saw. tinggal di markas pengkaderan itu selama 3 tahun membina (yutsaqqif) kaum muslimin generasi pertama itu, sholat bersama mereka, tahajud di malam hari yang lalu diikuti oleh para sahabat, beliau saw. membangkitkan keruhanian dengan sholat, membaca al Qur’an, membina pemikiran mereka dengan memperhatikan ayat-ayat Allah dan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya, dan membina akal fikiran mereka dengan makna-makna dan lafazh-lafazh Al Qur’an serta mafahim dan pemikiran islam, dan melatih mereka untuk bersabar terhadap berbagai halangan dan hambatan dakwah, dan mewasiatkan kepada mereka untuk senantiasa taat dan patuh sehingga mereka benar-benar ikhas lillahi ta’ala. Rasul tetap merahasiakan aktivitas dakwahnya, dan terus melakukan upaya-upaya pengkaderan dan pembinaan (tatsqiif) hingga turun firman Allah swt:

﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ﴾

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” [QS al-Hijr :94]

2. Tahapan Interaksi dan Perjuangan Politik (Tahapan Tafaul)

Meskipun aktivitas pada tahap pertama dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi masyarakat Mekah mengetahui bahwa Muhammad Rosulullah Saw telah membawa agama baru. Mereka juga mengetahui banyak orang masuk Islam. Kafir Mekah pun tahu bahwa Rasulullah dan kutlahnya merahasiakan kutlah dan pemelukan agama mereka. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Makkah telah tahu adanya agama dan dakwah baru serta kutlah baru, sekalipun mereka tidak tahu, di mana mereka berkumpul, dan siapa saja di antara orang-orang mukmin yang berkumpul. Setelah masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khaththab (3 hari setelah masuk islamnya Hamzah), turun firman Allah SWT:

﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ ! إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ ! الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا ءَاخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ﴾

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu), yaitu orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain disamping Allah, maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya)” [QS al-Hijr :94-96].

Beliau saw. pun menerangkan perintah Allah SWT secara terang-terangan. Beliau saw. pun menampilkan kutlahnya secara terang-terang kepada seluruh masyarakat, sekalipun masih ada sebagian kaum muslimin yang menyembunyikan ke-Islamannya bahkan sampai penaklukan kota Makkah. Setelah aksi menampilkan kutlah secara terang-terangan di Ka’bah, terjadilah pergesekan dakwah dan kelompok dakwah dengan masyarakat Makkah dengan para pemimpinnya yang sangat cinta kepada kepemimpinan dengan sistem jahiliyyah. Perjuangan kelompok dakwah Nabi dan para sahabat pun berubah dari fase rahasia (daur al istikhfa) ke fase terang-terangan (daur al I’lan). Berpindah dari fase mengkontak orang-orang yang memiliki kesediaan menerima Islam ke fase berbicara kepada masyarakat secara menyeluruh.

Aksi masiroh berbeda dengan demonstrasi biasa
Ar Royah, Bendera umat Islam

Mulailah terjadi benturan (ishthidam/clash) antara iman dengan kekufuran di masyarakat, dan mulailah terjadi pergesekan (ihtikak) antara ide-ide yang benar dengan ide-ide yang rusak, dan mulailah tahap kedua, yaitu tahap interaksi dan perjuangan (marhalah tafaul wal kifah). Pada tahap ini mulailah orang-orang Kafir Quraisy melawan dakwah dan menyakiti Rasulullah saw. dan kaum muslimin dengan berbagai macam cara.

Periode inilah yang paling berat yang dihadapi Rasul dan para sahabat sepanjang perjuangan mereka. Rumah Rasulullah saw. dilempari. Ummu Jamil, istri paman beliau saw. Abu Lahab, senantiasa melempar kotoran di depan rumah beliau saw. Rasulullah saw. merespon perbuatan itu cukup dengan menyingkirkannya. Gembong kekufuran Abu Jahal pernah melempar beliau saw. dengan bagian dalam isi perut kambing sembelihan untuk berhala mereka. Beliau pun minta putrinya Fatimah untuk membersihkan tubuhnya kembali.
Semua itu justru hanya menambah kesabaran dan kesungguhan beliau saw. dalam dakwah. Kaum muslimin pun menghadapi berbagai ancaman dan gangguan. Setiap kabilah menyiksa dan memfitnah anggota sukunya yang masuk Islam. Sampai-sampai salah seorang budak Habsyi, Bilal bin Rabbah.r.a., mereka lempar di atas padang pasir, di bawah terik matahari, mereka tindih dadanya dengan batu, dan mereka biarkan di situ agar mati, tidak lain karena dia tetap mempertahankan kalimat tauhid: ahad-ahad! Summayyah istri Yasir r.a., mereka siksa hingga mati karena tidak mau kembali (murtad) dari agama Islam kepada agama nenek moyang mereka. Kaum muslimin secara umum dihinakan dan disiksa. Namun mereka bersabar menerima cobaan itu dalam rangka menggapai ridlo Allah SWT.

Rasulullah saw. dan para sahabat menghadapi berbagai perlawanan dakwah yang dilancarkan oleh orang-orang Kafir Quraisy, baik itu penyiksaan fisik (at ta’dziib) , propaganda busuk (ad da’aawah/ad di’ayah) untuk menyudutkan Islam dan kaum muslimin di dalam negeri dan luar negeri, maupun blokade total (al muqatha’ah), dengan sikap sabar dan terus berdakwah menegakkan agama Allah SWT tanpa kekerasan. Tatkala Rasul melihat Yasir dan istrinya dibantai disiksa oleh orang-orang Quraisy, beliau saw. tidak menggerakkan kaum muslimin untuk melakukan perlawanan fisik terhadap mereka. Beliau saw.bersabda:

«صَبْرًا آلَ يَاسِرٍ فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةِ إِنِّيْ لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا»

“Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya janji Allah untuk kalian adalah surga. Sesungguhnya akau tidak memiliki sesuatu apapun dari Allah”.

Benturan yang dilakukan oleh Kafir Quraisy terhadap dakwah Islam adalah hal yang wajar. Sebab, rasulullah saw. mengemban dakwah dan menampilkan kelompok yang mengemban dakwah bersama beliau saw. dalam bentuk yang menantang. Lebih dari itu, substansi dakwah itu sendiri adalah perjuangan dan perlawanan terhadap Quraisy dan masyarakat Makkah.

Sebab substansi dakwah adalah menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepadanya serta seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk melepaskan diri dari sistem kehidupan jahiliyah mereka yang rusak. Maka terjadilah benturan dengan Quraisy secara total. Bagaimana mungkin tidak terjadi benturan, padahal Rasulullah saw. membodohkan impian mereka, merendahkan tuhan-tuhan mereka, dan mencela kehidupan murahan mereka, dan mengkritik sarana-sarana kehidupan mereka yang zalim.

Oleh karena itu, orang-orang Quraisy pun menghadang dakwah. Mereka menyakiti Rasulullah saw. dan para sahabat. Mereka menyiksa, mengembargo, dan membuat propaganda untuk melawan beliau saw. dan agama yang dibawanya. Namun itu semua tidak menyurutkan langkah dakwah rasulullah saw. Beliau saw. tetap menyerang mereka, terus melawan pandangan-pandangan yang salah, dan menghancurkan aqidah-aqidah yang rusak, dan bersungguh-sungguh menempuh jalan penyebaran dakwah. Beliau saw. mendakwahkan Islam dengan jelas, tanpa tedeng aling-aling, tanpa merendahkan diri, tanpa cenderung kepada kekufuran, dan tanpa menjilat gembong-gembong kekufuran.
Hal itu beliau lakukan sekalipun menghadapi berbagai gangguan dari Quraisy, meskipun menghadapi berbagai kesulitan. Dan dakwah yang beliau lakukan di tengah berbagai kesulitan itu justru membuat Islam dari ke hari menyebar ke seluruh masyarakat Arab, sehingga banyak para penyembah berhala dan orang-orang Nasrani masuk Islam, bahkan para pembesar Quraisy pun mendengarkan Al Quran dan hati mereka berdebar-debar.

Perjuangan dakwah Rasulullah saw. dan para sahabat pada tahap kedua ini dilakukan dengan cara tanpa kekerasan. Beliau saw. melakukan pergulatan pemikiran (shiraul fikri) dan perlawanan politik (kifah siyasi) tanpa menggunakan kekuatan fisik, tanpa mengangkat senjata, meskipun setiap lelaki Arab pada waktu itu sudah terbiasa menunggang kuda dan memainkan senjata.

Rasulullah saw. pun mengontak para pemimpin Qabilah di sekitar Makkah untuk mengajak mereka masuk Islam dan melindungi beliau saw. dan melindaungi dakwah Islam serta siap menanggung resiko melawan kebengisan orang-orang Quraisy. Beliau saw selain aktif mendakwahi kabilah-kabilah di Mekah, beliau juga mendakwahi kabilah-kabilah di luar Mekah yang datang tiap tahun ke Mekah, baik untuk berdagang maupun untuk mengunjungi Ka’bah, di jalan-jalan, pasar ‘Ukadz, dan Mina. Diantara orang-orang yang diseru Rasul tersebut ada sekelompok orang-orang Anshor. Kemudian mereka menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul Nya.

Setelah mereka kembali ke Medinah mereka menyebarkan Islam di Medinah. Momentum penting lain sebagai petanda dimulainya babak baru dakwah Rasul adalah Bai’at ‘Aqabah I dan II. Dua peristiwa ini, terutama Bai’at ‘Aqabah II telah mengakhiri tahap kedua dari dakwah Rasul, yakni tahap interkasi dan perjuangan (marhalah Tafa’ul wal Kifah) menuju Tahap ketiga, yaitu tahap Penerimaan Kekuasaan (Istilaam al-Hukmi).

3. Tahapan Penerimaan Kekuasaan dan Penerapan Hukum (Tahapan Istilam al-Hukmi)

Rasul hijrah ke Madinah, negeri yang para pemimpin dan mayoritas masyarakatnya telah siap menerima Islam sebagai metode kehidupan mereka, yaitu kehidupan yang (1) asas peradabannya adalah kalimat tauhid Lailahaillallah Muhammadurrasulullah; (2) standar perbuatan (miqyasul a’mal) dalam interaksi kehidupan mereka adalah halal-haram; dan (3) makna kebahagiaan (ma’nas sa’aadah) mereka adalah mendapatkan ridlo Allah. Rasulullah membangun kehidupan dan masyarakat Islam dengan penerapan Islam secara kaffah (menyeluruh). Masyarakat yang kokoh inilah yang siap membawa risalah Islam ke seluruh dunia. Yang akan membangun peradaban Islam yang gemilang dan menjadi adi daya di dunia dengan dakwah dan jihad.

Oleh karena itu, dengan bukti kesuksesan yang jelas dicapai oleh Rasulullah saw. dalam perjuangan beliau saw., disamping tuntunan dan tuntutan agar kita meneladani perjuangan beliau saw., maka tidak ada jalan lain untuk mengembalikan kedaulatan Islam di muka bumi ini selain jalan yang telah ditempuh Rasulullah saw.

Wallahua’lam bish shawab

Oleh : Tuti Rostika

Leave a Comment