Kebahagiaan Orang Tua atau Teguh Pendirian, Memilih yang Mana?

Memiliki pasangan idaman merupakan keinginan setiap orang. Tak sedikit kaum muslim yang memiliki kriteria dalam memilih pasangan, baik itu laki-laki maupun perempuan. Namun, terkadang kriteria yang kita inginkan tidak sesuai dengan pilihan orang tua.

Bahkan bisa saja orang tua sudah menyiapkan pilihannya untuk dijadikan pasangan kita. Jika demikian, apa yang harus kita lakukan? Teguh dengan pendirian sendiri atau menerima pasangan dari pilihan orang tua? Lebih jelasnya, mari kita simak ulasan berikut ini.

Suami istri, foto: file pribadi

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Saya EF, asal Yogya. Beberapa waktu yang lalu saya hampir menikah dengan ikhwan satu harokah. Dalam proses taaruf, ternyata orang tua tidak merestui pilihan saya, karena melihat ikhwan tersebut belum punya pekerjaan tetap (walau masih tetap kerja). Orang tua saya telah menyiapkan calon suami yang lain, belum ngaji dan sampai sekarang masih kerja di salah satu bank konvensional. Apakah boleh saya memilih calon suami pilihan orang tua saya dengan resiko saya diberi nafkah dari jalan yang saya tahu tidak diperbolehkan dalam Islam demi untuk mendapatkan restu dari orang tua? Satu sisi saya juga tidak ingin merusak kebahagiaan mereka. Jazakalloh atas jawabanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

EF

Yogya

Wa’alaikumsalam Wr.Wb

EF yang baik,

Saya bisa memahami kegundahan yang sedang EF alami saat ini. Kebimbangan antara keinginan pribadi dengan keinginan untuk membahagiakan orang tua memang bukan pilihan yang mudah. Keadaan seperti ini saya rasa juga banyak dialami akhwat yang lain ketika ingin menentukan pilihannya. Maksud orang tua tentu sangat baik. Mereka tidak ingin melihat anaknya tidak bahagia. Hanya saja memaknai dan menjadikan tolok ukur kebahagiaan itu yang kadang tidak tepat. Hal ini sangat wajar, karena memang kita hidup dalam tatanan yang serba diukur dengan materi. Kecukupan materi memang menjadi salah satu unsur untuk mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga. Suami wajib mencukupi kebutuhan nafkah isteri dan anak-anaknya agar tercapai kebahagiaan secara finansial. Kebahagiaan finansial akan dapat dirasakan ketika kebutuhan asasi seperti sandang, papan dan pangan, serta kebutuhan dharuri seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, terlebih bila kebutuhan kamali dapat dipenuhi. Sehingga keluarga itu dapat hidup sejahtera, mandiri, bahkan bisa memberi. Kecukupan materi memang sangat relatif. Secara finansial, Rasul memang hidup dalam kesahajaan. Tapi siapa sangka mereka juga ternyata merasakan kebahagiaan finansial. Karena kebahagiaan ini tidak ditentukan oleh jumlah harta yang dimiliki, tapi oleh perasaan qanaah (perasaan cukup) atas rizki yang Allah karuniakan.

Pasangan bahagia, foto: popbela.com

EF yang baik,

Menikah adalah menjalankan sunnah Nabi, sesuai dengan fitrah manusia untuk melanjutkan keturunan dan menumbuhkan ketentraman jiwa. Sebelum menentukan sebuah pilihan, Islam telah memberikan  petunjuk bagaimana seharusnya kita memilih pasangan hidup. Sebagai agama yang diturunkan oleh Allah Sang Pencipta, Islam telah memberikan tuntunan yang sangat jelas, yaitu dasar utama bahkan satu-satunya dasar pernikahan yang menjamin kebahagiaan dunia akhirat adalah agama (Islam).  Dalam mencari pasangan, Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk agar memilih seorang laki-laki yang taat beragama dan memiliki pemahaman terhadap hukum syara’.

“Apabila datang (untuk melamar) kepadamu seorang laki-laki yang kamu pandang baik agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia, sebab jika tidak, akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi,” para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, walaupun dia seorang yang miskin dan dari golongan kelas bawah?” Nabi menjawab: “Apabila yang datang kepadamu laki-laki yang baik agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia, ucapan ini Beliau ulangi tiga kali”. (HR. Tirmidzi).

Baca Juga: Bolehkah Menanyakan Keluarga dan Pemahaman Agama Calon Isteri?

EF yang baik,

Setiap pilihan pasti mengandung resiko. Cobalah minta petunjuk kepada Allah agar mendapatkan pilihan yang terbaik. Sebetulnya tidak semua pekerjaan di bank konvensional tidak diperbolehkan. Cobalah cari tahu lebih jauh calon yang ditawarkan orang tua bekerja di bagian apa. Tetapi kalau memang sudah ragu dan tidak mantap, tolaklah secara halus. Tentu dengan memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa penolakan itu bukan berarti EF tidak ingin membahagiakan mereka. Berilah orang tua gambaran tentang seputar pernikahan. Mulai dari soal jodoh, sampai seperti apa seharusnya membentuk sebuah keluarga dalam pandangan Islam. Insya Allah dengan penjelasan yang baik mereka akan menerimanya. Kalau EF sudah merasa yakin dengan pilihannya yang kebetulan satu harakah,  yakinkan kembali pada orang tua bahwa pilihan EF adalah yang terbaik. EF mesti siap dengan segala resiko terhadap pilihannya, jangan mengeluh kepada orang tua kalau ada masalah. Buktikan  bahwa pilihan EF  juga mampu memberikan kebahagiaan. Pernikahan merupakan pergaulan abadi antara suami isteri. Kelanggengan, keserasian, persahabatan tidaklah akan terwujud apabila tidak ada kerelaan. Jadi jangan merasa terpaksa hanya karena ingin membahagiakan orang tua. Mudah-mudahan Allah memberikan jodoh yang terbaik.

Diposkan padaKeluarga Tagged: orang tua


Terimakasih sudah membaca artikel yang berjudul “Kebahagiaan Orang Tua atau Teguh Pendirian, Memilih yang Mana?”. Kami dari anaksholeh.net telah menambahkan gambar, link, featured image, pemberian pembuka serta penutup agar lebih menarik. Jika artikel ini dirasa bermanfaat, silahkan share melalui sosial media. Jazakumullah khair.

Leave a Comment