Berapa Jumlah Khutbah Ied, Satu Kali atau Dua Kali?

Umat islam memiliki dua hari raya. Yaitu idul fitri dan idul adha. Pada setiap hari raya, umat islam disunnahkan untuk melakukan sholat ied. Yang akan dibahas pada artikel ini adalah, jumlah khutbah untuk sholat ied. Apakah 2 kali seperti sholat jumat, atau cukup sekali saja. Simak penjelasan di artikel ini hingga selesai agar lebih paham.


Tanya :

Ustadz, khutbah Iedul Fitri dan Iedul Adha itu berapa kali, satu kali atau dua kali?

Jawab :

Ada khilafiyah di kalangan fuqaha apakah khutbah Ied satu atau dua khutbah. Jumhur fuqaha, termasuk empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali), sepakat khutbah Ied itu dua khutbah seperti khutbah Jum’at. Bahkan Imam Ibnu Qudamah dan Ibnu Hazm menegaskan dalam masalah ini sesungguhnya para fuqaha tidak berbeda pendapat (laa khilaafa fiihi). (Abdurrahman Jazairi, Al Fiqh ‘Ala Al Mazahib Al Arba’ah, I/238; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, II/528; Imam Sarakhsi, Al Mabsuth; II/37; Imam Malik, Al Mudawwanah Al Kubra, I/150; Imam Syafi’i, Al Umm, I/314; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, V/22; Ibnu Hazm, Al Muhalla, II/108; Ahmad Musthofa Mutawalli, Al Majmu’ Al Tsamin li Fatawa Al Iedain li Ibn Utsaimin, hlm. 42).

Namun sebagian fuqaha berpendapat khutbah Ied hanya satu khutbah, bukan dua khutbah. Inilah pendapat Imam Syaukani, Imam Shan’ani, dan lain-lain. (Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 695; Imam Shan’ani,Subulus Salam, II/679; Hasan Ayyub, Fiqh Al ‘Ibadah wa Adillatuha fi Al Islam, hlm. 324; Ali Hasan Atsari,Ahkamul Iedain fi As Sunnah Al Muthahharah, hlm. 53).

Masjid, tempat yang ramai saat sebelum idul fitri, sumber unsplash
Masjid, tempat yang ramai saat sebelum idul fitri. Sumber unsplash

Sumber perbedaan pendapat itu karena tak ada hadis shahih yang secara sharih (jelas) menyatakan Nabi SAW melaksanakan dua khutbah Ied. Di sisi lain hadis-hadis yang menerangkan Nabi SAW melaksanakan dua khutbah dianggap dhaif (lemah) oleh para ulama hadis. (Said Qahthani, Shalah Al Iedain, hlm. 73; Abul Hasan Sulaimani, Tanwirul ‘Ainaini bi Ahkam Al Adhahi wa Al Iedaini, hlm. 241-244).

Di antara hadis tersebut, hadis Jabir bin Abdullah RA, dia berkata :

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم فطر أو أضحى فخطب قائما ثم قعد قعدة ثم قام

”Rasulullah SAW keluar pada Iedul Fitri atau Iedul Adha, lalu beliau berkhutbah seraya berdiri, lalu duduk, lalu berdiri lagi.” (HR Ibnu Majah, no 1289).

Kata Imam Syaukani,”Dalam isnadnya ada Ismail bin Muslim, dia periwayat yang lemah.” (Nailul Authar, hlm. 694).

Hadis semisal itu, hadis Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah, dia berkata :

السنة أن يخطب الإمام في العيدين خطبتين يفصل بينهما بجلوس

Merupakan sunnah, imam berkhutbah dalam dua Ied dengan dua khutbah yang dipisahkan dengan duduk.” (HR Syafi’i, Musnad Syafi’i, I/158).

Kata Imam Syaukani hadis ini mursal, yakni hadis yang tidak diketahui siapa periwayatnya pada generasi shahabat, sebab periwayat hadis (Ubaidullah) adalah tabi’in, bukan shahabat. Hadis mursal menurut Imam Syaukani termasuk hadis dhaif. (Nailul Authar, hlm. 695).

Menurut kami, meski hadis-hadis tersebut dhaif secara sanad, namun dapat dianggap hadis hasan, karena ada faktor penguat lain di luar sanad. Dalam ilmu hadis disebut hadis hasan li ghairihi. (Mahmud Thahhan, Taisir Musthalah Al Hadits, hlm. 43; ‘Amr Abdul Mun’im Salim, Taisir Ulum Al Hadits, hlm. 38).

Faktor tersebut, adanya indikasi hadis hasan sebagaimana dirumuskan Imam Khaththabi, yaitu diterima oleh kebanyakan ulama dan diamalkan oleh umumnya fuqaha. (Imam Khaththabi, Ma’alimus Sunan, I/11).

Imam Taqiyuddin Nabhani yang mengadopsi pendapat Imam Khaththabi ini lalu menjelaskan hadis yang terdapat dalam kitab-kitab fiqih, adalah hadis hasan, dengan syarat kitab fiqihnya merupakan kitab fiqih mu’tabar (rujukan/induk), yaitu karya para imam mujtahid atau murid-muridnya, semisal Al Mabsuth karya Imam Sarakhsi, Al Mudawwanah Al Kubra karya Imam Malik, dan Al Umm karya Imam Syafi’i. (Taqiyuddin Nabhani, Al Syakhshiyah Al Islamiyyah, III/89).

Ilustrasi khutbah ide, sumber: unsplash.com @rumanamin
Ilustrasi khutbah ide, sumber: unsplash.com @rumanamin

Berdasarkan ini, maka hadis-hadis tentang dua khutbah Ied adalah hadis hasan, karena terdapat dalam kitab-kitab fiqih mu’tabar. Hadis Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah di atas terdapat dalam kitab Al Umm (I/319) karya Imam Syafi’i. Sedang hadis Jabir bin Abdullah RA terdapat dalam kitab Al Mughni (II/265) karya Imam Ibnu Qudamah.

Di samping itu, hadis mursal sesungguhnya dapat dijadikan hujjah. Demikian pendapat Imam Taqiyuddin An Nabhani. Alasannya, meski dalam sanad hadis mursal tidak diketahui siapa periwayat pada generasi shababat, namun secara pasti diketahui periwayat itu adalah shahabat. Maka hadis mursal dapat diterima sebagai hujjah, karena semua shahabat adalah orang-orang yang adil (as shahabah kulluhum ‘uduul). (Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakshiyah Al Islamiyah, I/342). Maka hadis Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah yang dinilai mursal sebenarnya bukanlah hadis dhaif, melainkan hadis yang maqbul (dapat diterima) sebagai dalil bagi dua khutbah Ied.

Kesimpulan kami, pendapat yang rajih adalah pendapat jumhur fuqaha bahwa khutbah Ied dilaksanakan dua kali, bukan satu kali. (Mahmud ‘Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam As Shalah, II/177). Wallahu a’lam.

Yogyakata, 18 November 2011

[Muhammad Shiddiq Al Jawi]


Terimakasih telah membaca artikel dengan judul asli “Khutbah Ied, Satu Kali atau Dua Kali?” sampai akhir. Semoga bermanfaat. Kami dari anaksholeh.net telah menambahkan gambar, link, serta perubahan pada judul. Tak lupa, silahkan share melalui sosial media yang ada agar lebih banyak orang yang mengetahuinya. Sebagai amal ibadah kecil kita dalam dakwah ini. Jazakumullah khair. 

Leave a Comment