Makanan menjadi salah satu kebutuhan bagi setiap manusia, termasuk muslim. Hari ini pun makanan berkembang dengan begitu banyak variasinya. Bahkan para koki di dunia kuliner telah berhasil menciptakan kreasi menu yang begitu membangkitkan selera. Namun apakah anda pernah bertanya bagaimana sebaiknya makanan yang dikonsumsi oleh seorang muslim?
Muslim harus senantiasa terikat pada aturan agamanya yaitu islam. Sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW islam begitu sempurna dan menyeluruh. Tidak hanya urusan besar seperti dalam bernegara, dalam urusan pribadi pun islam telah memberikan pedoman tak terkecuali soal makanan.
Di dalam Islam dianjurkan bagi semua pemeluknya untuk memakan makanan yang halal. Makanan yang halal akan berpengaruh kepada seorang muslim baik dalam urusan ibadahnya ataupun soal muamalahnya. Namun selain halal, Allah SWT telah menganjurkan makanan seorang muslim adalah yang thayyib.
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan thayyib yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu”. (TQS Al-Baqoroh 168)
Makanan halal adalah bukan yang termasuk disebutkan oleh Allah SWT serta dijelasknan oleh Nabi SAW keharamannya. Selain yang telah disebut sebagai makanan haram berarti makanan tersebut boleh untuk dikonsumsi kecuali yang tidak thayyib bagi seseorang.
Karena terkadang ada beberapa makanan yang halal namun tidak thayyib pada seseorang, seperti gula yang tidak baik bagi penderita diabetes. Sedangkan makanan yang termasuk dalam makanan haram adalah sebagai berikut :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala”.(TQS Al-Maidah 3)
Sedangkan Rasulullah SAW juga memberikan kabar berkaitan dengan makanan yang masuk dalam kategori haram yaitu hewan yang menjijikkan dan yang bertaring serta yang dibeli dari hasil harta barang temuan. Namun untuk bangkai islam tidak mengharamkan semuanya, Rasulullah SAW mengabarkan sebagai berikut :
“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah).
Penting Melihat Label Halal MUI
Namun permasalahannya dalam perkembangan dunia ini, muncul kreasi makanan baru yang perlu untuk dilakukan penelitian. Makanan yang rata-rata diiklankan di media sosial sebagai tempat iklan efektif tersebut begitu banyak varian baru yang tentunya perlu untuk teliti ketika ingin membelinya.
Sehingga perlu adanya lembaga khusus seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menyaring makanan halal yang telah diproduksi. Makanan yang beredar dan telah mendapatkan stempel halal tentu akan memudahkan kaum muslim saat berbelanja.
Sebelum diedarkan kepada masyarakat MUI melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetik (LPPOM) serta Majelis Fatwanya melakukan penelitian terhadap kandungan apa yang ada pada produk makanan tersebut.
Karena bisa jadi pisang dikreasikan dengan cokelat sehingga menjadi pisang cokelat. Pisangnya jelas halal, namun tambahan bahan yang lain seperti cokelat perlu dilakukan kajian secara khusus. Sehingga tambahan-tambahan pada jenis makanan baru bisa dikategorikan pada makanan syubhat.
Baru setelah selesai melakukan penelitian dan analisis terhadap suatu produk dan terbukti kehalalannya maka produk tersebut boleh untuk diedarkan. Biasanya produk yang telah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI akan diberikan tanda khusus pada kemasannya.
Para produsen benar-benar legal dalam membubuhkan legalitas tersebut ketika ingin memproduksi kemasannya pada produsen cetak kemasan. Sehingga makanan halal yang telah melewati sertifikasi MUI tersebut selain aman dari sisi hukum juga akan aman untuk kesehatan para konsumen.
Keberadaan lembaga tersebut amat diperlukan keberadaannya untuk menjadi filter terhadap makanan yang akan beredar di masyarakat. Sehingga makanan yang halal dapat dilihat dan muslim tidak terjebak mengonsumsi makanan yang haram.
Namun halalnya makanan ternyata tidak serta merta membuat muslim bebas untuk langsung mengonsumsinya. Hal ini bukanlah cerminan dari agama islam yang ribet. Apa yang telah pencipta gariskan melalui agama islam akan berdampak baik kepada kehidupan para makhluk.
Bukan Makanan Thayyib
Maka thayyib sangat diperlukan bagi makanan yang akan dikonsumsi oleh seorang muslim. Yang dimaksud thayyib adalah makanan yang baik bagi keadaan seorang muslim. Beberapa makanan yang termasuk kategori bukan makanan thayyib adalah :
Makanan Panas
Asma’ Binti Abu Bakar, putri dari sahabat Nabi yang mulia Abu Bakar Ash-Shidiq ketika membuat roti tsarid terbiasa menutup wadahnya dan menunggu hingga roti tersebut dingin. Hal tersebut karena beliau pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya makanan yang sudah tidak panas lebih besar keberkahannya”.
Makanan dalam keadaan panas memang begitu nikmat untuk disantap. Apalagi makanan tersebut adalah makanan yang berkuah seperti mie ayam ataupun bakso. Namun dibalik kenikmatan tersebut ternyata Rasulullah tidak meridhainya. Bahkan dalam sebuah hadis beliau melarang untuk meniup makanan panas.
“Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang bernafas dalam sebuah wadah, atau meniup makanan dalam wadah tersebut”. (HR At-Tirmidzi)
Dibalik anjuran Rasulullah ini pastinya ada efek bagi kesehatan. Salah satu efek bagi kesehatan tubuh ketika sering mengonsumsi makanan panas selain akan merusak gigi juga lambat laun akan memperburuk keadaan jantung.
Yang Membahayakan
Beberapa makanan halal tidak baik bagi seseorang. Terlebih jika seseorang tersebut sedang menderita suatu penyakit. Adanya aturan dan pantangan pada beberapa makanan halal adalah langkah untuk mencegah bahaya yang mungkin saja terjadi jika seseorang nekat memakannya.
Beberapa contoh seperti yang telah disebutkan di atas. Gula bukanlah merupakan makanan yang thayyib bagi penderita diabetes. Ataupu makanan seperti emping juga bukanlah makanan yang baik bagi penderita asam urat. Makan berhati-hati ketika mengonsumsi makanan dengan memilihkan adalah langkah untuk terhindar dari bahaya.
Yang Mengganggu Kesehatan
Sesuatu yang dikonsumsi oleh beberapa orang adalah yang termasuk dalam kategori tidak thayyib seperti rokok. Dan ternyata yang satu ini masih banyak muslim yang mengonsumsinya. Meski dalam jangka pendek seseorang tidak akan terlihat dampaknya, namun lambat laun akan mengganggu salurang pernafasan seperti pada jantung.
Meski halal haramnya masih diperdebatkan dan secara ilmiah Muhammadiyah telah menyatakan rokok adalah haram, namun sebagian ulama ternyata menghalalkannya. Namun sebagai seorang muslim ada baiknya melakukan filterisasi pada makanan-makanan yang akan dikonsumsinya.
Makanan Yang Terlalu Dingin
Beberapa orang mungkin terbiasa mengonsumsi es setiap harinya. Namun tahukah anda bahkan es itu tidak thayyib jika dikonsumsi setiap hari? Hal tersebut karena pengaruhnya pada kesehatan seseorang.
Meski es bukanlah termasuk pada kategori logistik barang haram seperti khamr, jika anda muslim ada baiknya juga memperhatikan faktor baik buruknya pada kesehatan. Penjagaan terhadap kesehatan tubuh adalah tanggung jawab dan rasa syukur kita sebagai makhluk.
Makanan dan minuman selain mengantongi kehalalan dari syariat islam dan MUI ada baiknya juga merupakan makanan yang thayyib. Jika makanan yang halal akan berpengaruh kepada peribadahan maka makanan yang thayyib akan berpengaruh kepada kesehatan.
Seseorang yang berdoa tidak akan dikabulkan jika di dalam dirinya tumbuh daging yang dihasilkan dari harta yang haram. Dan daging yang tumbuh dengan harta yang halal pun tetap harus dijaga kesehatannya dengan mengonsumsi yang thayyib.
Jangan sampai apa yang dibeli merupakan makanan yang tidak thayyib meski itu makanan yang halal. Rasulullah selalu mewanti-wanti umatnya agar menjadi umat yang kuat. Dan umat yang kuat tidak diperoleh dari tindakan sembrono dengan terbiasa mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak thayyib.