Cara Menghadapi Anak Tanpa Emosi (Penting)

Mengasuh anak usia dini memang terkadang menguji kesabaran kita sebagai kedua orang tua. Bahkan tak sedikit orang tua yang mulai kehabisan kesabaran saat mengasuh sang anak, sehingga mengekspresikannya dengan cara memukul atau mencubit sang anak.

Namun, perlu untuk diingat! Apa yang kita ajarkan, berikan dan lakukan dalam mengasuh dan mendidik sang anak akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat. Jadi sangat tidak dianjurkan untuk melampiaskan emosi kepada sang anak ketika mengasuh anak.

Nah, berikut ini adalah ulasan cara menghadapi anak tanpa emosi yang wajib untuk kita pelajari.


Pertanyaan:

Assalaamu’alaikum Wr.Wb

Ibu Pengasuh Rubrik Konsultasi Keluarga yang saya hormati.  Ada yang ingin saya tanyakan, terkait dengan apa yang sering saya alami. Kenapa ya  saya ini cepet sekali emosi dalam menghadapi anak? Padahal saya sadar ini tidak  baik buat anak saya yang masih balita. Tapi semakin ditahan rasa emosi malah semakin menjadi, mohon solusinya ya. Jazakillah khair.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

FR, Malang

Jawaban:

Wa’alaikumsalam Wr.Wb.

Ibu FR yang baik,

Anak adalah anugerah dan amanah yang diberikan Allah SWT pada para orang tuanya. Sebagai amanah, semua yang dilakukan orang tua terhadap anaknya (bagaimana merawat, membesarkan dan mendidiknya) akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Itulah menjadi penting memahami bagaimana mendidik anak, mendoakannya selalu, sekaligus senantiasa menanamkan kesabaran saat mendidik mereka.

Ilustrasi ayah dan anak sholeh, foto: ulasan.co
Ilustrasi ayah dan anak sholeh, foto: ulasan.co

Ibu FR yang baik,

Selaras dengan tumbuh kembangnya, pada anak balita biasanya akan mulai terjadi perubahan-perubahan perilaku. Di  antaranya adalah muncul sikap penolakan anak terhadap lingkungan sosialnya. Gejala seperti ini biasanya dimulai saat anak berusia 2,5 tahun sampai 3 tahun. Keakuan anak-anak ini mulai muncul dan mereka mulai ingin membedakan dirinya dengan orang lain. Pada saat itu pula, si kecil sudah mulai mencoba keinginannya sendiri.

Perubahan-perubahan ini yang lantas dipersepsi oleh para orang tua bahwa anak menjadi mulai sulit diatur, maunya sendiri dan sebagainya, yang tidak jarang kemudian sering menimbulkan kerepotan dalam memperlakukan mereka. Kondisi demikian ini, insya Allah akan mereda seiring dengan bertambahnya usia, berkembangnya kemampuan berpikir dan kemampuan lainnya.

Ibu FR yang baik,

Saya sangat bisa memahami, terkadang memang emosi kita akan ikut terpancing saat menghadapi anak yang demikian. Rasanya sulit sekali ditahan, dan semakin ditahan justru ingin semakin diledakkan. Akhirnya yang kemudian biasa muncul adalah luapan kemarahan. Tapi ingatlah, amarah seringkali akan mendekatkan diri kita kepada hal-hal yang berbahaya. Tanpa kita sadari anak terkadang akan menjadi sasaran kemarahan kita. Hal ini tentu sangat tidak baik untuk perkembangan perilakunya. Bukankah anak balita banyak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar? Maka, Anda harus sangat hati-hati ketika memperlakukan mereka. Dan yang pasti, kemarahan tidak akan mendekatkan kita dengan surga.

Ilustrasi berperilaku kasar kepada anak, foto: lifestyle.kompas.com
Ilustrasi berperilaku kasar kepada anak, foto: lifestyle.kompas.com

Rasulullah SAW bersabda:

“Dahulu ada seorang lelaki yang datang menemui Rasulullah SAW dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang bisa mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka.”Maka beliau bersabda,“Jangan tumpahkan kemarahanmu. Niscaya surga akan kau dapatkan.” (HR. Thobrani)

Baca Juga: Cara Menghadapi Anak SMP Yang Mudah Marah Dengan Temannya

Ibu FR yang baik,

Memang tidak mudah menahan emosi (kemarahan). Tapi sebagaimana tabiatnya, bahwa emosi adalah bagian dari naluri, maka saat keinginan untuk marah itu muncul tidak harus dipenuhi. Tapi bisa dialihkan atau ditunda (ditahan). Anda harus bisa menakar dan memahami kadar emosi Anda sendiri, pada saat kapan dan situasi seperti apa biasanya muncul. Sehingga Anda akan lebih mudah untuk mengontrol atau mengendalikannya. Rasulullah juga telah mengajarkan bagaimana semestinya memperlakukan anak-anak.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menciumi Hasan bin Ali dan di dekatnya ada Al-Arqa’ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudia berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka”. Rasulullah segera memandang kepadanya dan berkata:“Barang siapa tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi”. (HR. Bukhari)

Ilustrasi mendidik anak dengan penuh kesabaran, foto: bincangmuslimah.com
Ilustrasi mendidik anak dengan penuh kesabaran, foto: bincangmuslimah.com

Ibu FR yang baik,

Islam juga sudah mengajarkan bagaimana cara mengendalikan emosi (kemarahan) kita. Pertama, bacalah ta’awudz ketika marah. Kedua, ubahlah posisi ketika marah. Ketiga, diam atau tidak bicara. Ketika Anda  diam, maka Anda akan menjaga diri dari berbicara atau berbuat sesuatu yang menyakitkan anak yang kemudian akan disesali, dan sekaligus Anda dapat menjadi model bagaimana mengontrol emosi diri sendiri bagi anak. Ambillah waktu sejenak untuk merencanakan dan merenungkan apa yang harus Anda lakukan. Keempat, berwudhulah.

Jika keempat langkah tadi belum mampu meredakan amarah, ambillah langkah pamungkas, yaitu dengan melaksanakan shalat dua rakaat. Insya Allah dengan shalat amarah akan dapat diredakan.


Terimakasih sudah membaca artikel yang berjudul “Cara Menghadapi Anak Tanpa Emosi (Penting)”. Kami dari anaksholeh.net telah menambahkan gambar, link, featured image, perbaikan pada judul, perbaikan alenia dan pemberian pembuka serta penutup agar lebih menarik. Jika artikel ini dirasa bermanfaat, silahkan share melalui sosial media. Jazakumullah khair.

Catatan kaki:

Sumber : Tabloid Media Umat, November 2011

Leave a Comment