Penggunaan Panji al-‘Uqab dan al-Liwa oleh Khulafa’ ar-Rasyidin

Pertanyaan:

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu.

Apakah dinyatakan bahwa Khulafa’ ar-Rasyidin meninggikan rayah al-‘Uqab dan al-Liwa’? Apakah hal itu dinyatakan di dalam atsar? Barakallah fikum.

Jawab:

Wa ‘alaikum as-salam wa rahmatullah wa barakatuhu.

Benar ya Akhi, dahulu Khulafa’ ar-Rasyidin menggunakan rayah al-‘Uqab dan al-Liwa’. Sedangkan dalil-dalil atas hal itu, adalah apa yang dinyatakan berasal dari Rasulullah saw bahwa rayah beliau adalah al-‘Uqab dan Liwa’ beliau berwarna putih. Diantara dalil-dalil itu:

  1. An-Nasai di Sunan al-Kubra, dan at-Tirmidzi telah mengeluarkan dari Jabir:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «دَخَلَ مَكَّةَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ»

Bahwa Nabi saw masuk ke Mekah dan Liwa’ beliau berwarna putih

Ibn Abiy Syaibah di Mushannaf-nya mengeluarkan dari ‘Amrah ia berkata:

«كَانَ لِوَاءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْيَضَ»

Liwa Rasulullah saw berwarna putih

  1. Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasai di Sunan al-Kubra telah mengeluarkan dari Yunus bin Ubaid mawla Muhammad bin al-Qasim, ia berkata: Muhammad bin al-Qasim mengutusku kepada al-Bara’ bin ‘Azib bertanya tentang rayah Rasulullah saw seperti apa? Al-Bara’ bin ‘Azib berkata:

«كَانَتْ سَوْدَاءَ مُرَبَّعَةً مِنْ نَمِرَةٍ»

Rayah Rasulullah saw berwarna hitam persegi panjang terbuat dari Namirah

  1. At-Tirmidzi dan Ibn Majah telah mengeluarkan dari Ibn Abbas, ia berkata:

«كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ، وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضَ»

Rayah Rasulullah saw berwarna hitam dan Liwa beliau berwarna putih

  1. Ibn Abiy Syaibah telah mengeluarkannya di Mushannaf-nya dari al-Hasan, ia berkata:

«كَانَتْ رَايَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ تُسَمَّى الْعُقَابَ»

Rayah Nabi saw berwarna hitam disebut al-‘Uqab.

Ini sudah cukup menjadi dalil bahwa Khulafa’ ar-Rasyidin telah meneladani Rasulullah saw menggunakan ar-Rayah dan al-Liwa tersebut. Mereka tidak meninggalkan satu perkara yang telah diumumkan oleh Rasul saw ditengah mereka kecuali mereka lakukan. Tidak ada keperluan terhadap tambahan pembahasan tentang ar-Rayah dan al-Liwa’ pada masa Khulafa’ ar-Rasyidin. Hal itu karena dua hal:

Pertama, bahwa hukum syara’ itu diambil dari Rasul saw.

Kedua, Khulafa’ ar-Rasyidin itu mereka tidak meninggalkan satu perkara yang sudah diketahui luas dilakukan oleh Rasulullah saw seperti ar-Rayah dan al-Liwa’ tersebut.

Saudaramu

‘Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah

15 Rajab 1434

25 Mei 2013